SUNGAI
Karya: Vivin Shafa Undriyani
Aliran
itu tiada henti menjalar di setiap celah
Kau
lewati tanpa pandang bulu
Darimana
datangnya?
Apakah
langit menurunkanmu begitu saja
Begitu sedap dipandang saat senang
Berangas
pula ketika bersedih
Arusmu
sebagian hidupku-hidupnya
Apakah
sama dengan laut
Cair yang bermakna
Dingin tak pernah puas
Analisis Mengenai Struktur Fisik
dan Struktur Batin
Teks Puisi “Sungai” Menurut Teori
Abrams
Pendekatan Karya Sastra Menurut M.H
Abrams
Dalam bukunya The Mirror and The
Lamp (1971), Abrams mengemukakan sebuah teori universe-nya terhadap sastra.
Teori universe tersebut adalah teori yang merujuk pada alam semesta. Dalam hal
tersebut dapat kita ketahui empat hal yakni pertama ada suatu sastra (karya
seni), kedua ada pencipta (pengarang) karya itu sendiri, kemudian yang ketiga
ada semesta alam yang mendasari lahirnya karya sastra (realitas sosial),
keempat ada penikmat karya sastra (pembaca).
Berdasarkan teori itu, karya sastra
dapat dipandang dari empat sudut pandang yaitu: (a) ekspresif, (b) mimetik, (c)
pragmatis dan (d) obyektif. Keempat pendekatan ini nantinya akan saling
berhubungan dengan karya sastra. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas pula
mengenai hubungan sastra dengan pembaca dan hubungan sastra dengan
pengarangnya.
i.
Pendekatan
Ekpresif
Secara
ekspresif karya sastra merupakan hasil pengungkapan sang pencipta karya tentang
pengalaman, pikiran, perasaan dan sejenisnya. Dengan kata lain, karya sastra
apabila dilihat dari sisi pengarang, karya seni merupakan karya yang kreatif
dan imajiner dan dimaksudkan untuk menghadirkan keindahan. Pendekatan
ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni.
Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena
itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah
keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya
yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang
bernilai tinggi. Jadi secara keseluruhan, pendekatan ekspresif
adalah pendekatan yang didasarkan pada pengarang itu sendiri, baik kaitannya
dengan pikiran, sudut pandang serta imajinasinya terhadap karya sastra yang
dibuatnya.
Ø Analisis
Struktur Fisik Puisi “Sungai”
a. Tipografi
(Perwajahan), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Dalam hal ini, penyair menuliskan puisinya dengan tiap
bait berisikan beberapa kalimat yang jumlahnya berbeda. Pada bait pertama
terdapat 4 kalimat, bait kedua terdapat 5 kalimat dan bait terakhir yang hanya
terdiri dari dua kalimat. Huruf kapital
selalu digunakan sebagai awal kalimat di tiap-tiap baitnya. Selain itu tiap
bait puisi selalu menjorok ke kanan dibanding bait sebelumnya, dapat terlihat
dari bait kedua dan bait yang terakhir. Penyair hanya menyisipkan dua kalimat
pada bait terakhir seakan di 2 kalimat terakhir puisinya, ia ingin mempertegas
makna dari puisi tersebut.
b.
Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan
kata.
Penyair
menggunakan kata yang cukup familiar bagi masyarakat umum sehingga kalimatnya
cukup mudah dipahami . Pemilihan kata -katanya bersifat berani, kuat dan
ekspresif. Pemilihan kata yang berani tertuang dalam beberapa frasa dan kata
seperti tanpa pandang bulu dan berangas. Penyair sudah sangat jelas
dalam mendiskripsikan sungai melalui kalimat pertama dalam bait puisi
yaitu Aliran itu tiada henti menjalar di setiap celah hingga kalimat
terakhir Dingin tak pernah puas. Secara
keseluruhan memiliki makna denotasi meskipun ada beberapa kalimat yang
menggunakan makna konotasi seperti Cair
yang bermakna dan Dingin tak pernah
puas yang seolah-olah menggambarkan bahwa dingin yang dimaksud disini
adalah manusia yang tak pernah puas dalam menginginkan sesuatu. Dalam hal ini
dapat disimpulkan jika puisi “Sungai” merupakan penggambaran tentang seseorang
secara tersirat dengan menitikberatkan kata-kata terhadap sungai yang
sesungguhnya sebagai pengganti manusia tersebut.
c. Imaji, yaitu
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Puisi
“Sungai” mengandung imaji penglihatan dan peraba. Imaji penglihatan tergambar
dalam bait pertama dan kedua puisi. Penyair menggambarkan bahwa dirinya melihat
seseorang yang begitu kuat seperti aliran sungai yang tiada henti menjalar dari
bait pertama dan beragam warna di bait terakhir yang jelas bahwa hal berikut
adalah imaji penglihatan karena warna hanya dapat diketahui melalu indera
penglihatan. Kemudian di bait terakhir muncul 2 kalimat yang menunjukkan adanya
indera peraba yaitu cair yang
bermakna dan dingin tak pernah puas.
Cair dan dingin dapat diketahui melalui indera peraba atau berupa sentuhan.
d. Kata Konkrit, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji.
Terdapat
kata Langit yang biasanya menuju pada
maksud Tuhan secara tersirat, kemudian kata sedap
yang bermaksud menggambarkan sesuatu yang enak, indah, ataupun menyenangkan
untuk dilihat. Tanpa pandang bulu dan
berangas menggambarkan suatu
keberanian dan kekokohan seseorang dalam pendiriannya. Secara keseluruhan puisi
terdiri dari kata-kata konkrit sehingga memunculkan imaji baik penglihatan
maupun peraba.
e. Gaya Bahasa
atau Majas, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Gaya bahasa atau majas dalam puisi “Sungai” antara
lain:
1. Majas
Personifikasi
Majas
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda mati seperti
seolah-olah memiliki sifat manusia. Majas ini membuat benda mati seperti dapat
melakukan sesuatu seperti yang dilakukan makhluk hidup.
Contoh kalimat majas
personifikasi
a.
Dingin tak
pernah puas, hal ini menggambarkan bahwa dingin seolah-olah
diibarkan sebagai manusia yang tak pernah puas terhadap hal yang sudah
dicapainya.
b.
Berangas
pula ketika bersedih, yang menggambarkan sungai sebagai manusia berangas
yang bisa bersedih. Begitu pula dengan kalimat begitu sedap dipandang saat bahagia dan kau lewati tanpa pandang bulu.
2. Majas
Metafora
Majas Metafora ialah majas yang mengungkapkan
perbandingan analogis antara dua hal yang berbeda. Bisa juga diartikan sebagai
suatu majas yang dibuat dengan frasa secara Implisit tidak berarti namun secara
eksplisit dapat mewakili suatu maksud lain berdasarkan pada persamaan ataupun
perbandingan. Atau mudahnya majas ini digunakan sebagai bentuk kata kiasan
untuk mengungkapkan sesuatu.
Contoh majas metafora dalam Puisi “Sungai” antara
lain:
a. Cair
yang bermakna
b. Beragam
warna bersama arti
3. Majas
Repetisi
Majas ini merupakan gaya bahasa yang melakukan
perulangan kata untuk tujuan penegasan.
Contohnya
yaitu hidupku-hidupnya dalam puisi “Sungai” yang bermakna menegaskan sesuatu
hal yang penting berkaitan dengan hidupku
dan hidupnya.
4. Majas
Hiperbola
Majas Hiperbola adalah gaya bahasa dengan ungkapan
yang melebih-lebihkan dari kenyataan aslinya. Majas ini membuat akan
meninggalkan kesan kuat pada pembaca dan pendengarnya sehingga dapat menarik
perhatian.
Contoh
dalam Puisi “Sungai” yaitu pada kalimat Arusmu
sebagian hidupku-hidupnya.
f. Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Dalam hal ini puisi “Sungai” memilik rima yang berantakan atau
tidak beraturan. Penyair tidak menyelipkan rima yang sama seperti yang biasanya
diciptakan dalam puisi-puisi pada umunya.
g.
Irama
Irama adalah alunan yang terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan
bunyi dalam panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada;
ritme.
Puisi ini menggunakan kata-kata yang umum sehingga pembacaannya pun
terkesan biasa saja tanpa ada kenaikan nada yang signifikan meskipun ada
beberapa kata yang perlu dibaca dengan penekanan yang agak keras dibanding
kataa yang lain. Namun secara keseluruhan irama yang disampaikan mengharuskan
puisi ini dibaca dengan nada datar.
Ø Analisis
Struktur Batin Puisi “Sungai”
a.
Tema
Tema adalah pokok pikiran, dasar
cerita yang dipercakapkan atau dibahas serta digunakan sebagai dasar mengarang.
Tema dalam puisi “Sungai” adalah pentingnya
seseorang dalam hidup orang lain. Dalam hal ini seseorang tersebut diibartkan
sebagai sungai yang begitu kuat dan penting dalam kehidupan orang-orang lewat
kalimat arusmu sebagian hidupku-hidupnya.
b.
Rasa
Rasa yaitu sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa
erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya
latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
Dalam hal ini, penyair tidak
memerlukan rasa khusus untuk menulis puisinya sebab dalam puisi ini tertuang
rasa yang memang mutlak pasti dimiliki oleh manusia atau makhluk hidup sebagai
makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri. Ia memerlukan orang lain yang
dianggap penting sebagai teman maupun panutan yang istimewa bagi hidupnya.
c.
Nada
Nada yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Dalam hal ini, penyair ingin
mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayangnya terhadap seseorang yang dianggap
penting dalam hidupnya. Bukan bermaksud menggurui maupun mendikte, penyair
hanya ingin menunjukkan bahwa kita perlu memberikan sebuah apresiasi terhadap
seseorang yang penting dalam hidup kita. Penggambaran seseorang yang
diibaratkan sebagai sungai ini mampu menunjukkan bahwa seorang tersebut
memiliki prinsip yang kuat dan tak kenal kata menyerah dalam hidupnya.
d.
Amanat
Amanat adalah gagasan yg mendasari
karya sastra; pesan yg ingin disampaikan pengarang kpd pembaca atau pendengar.
Sadar ataupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi.
Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat
ditemui dalam puisinya.
Dari puisi “Sungai” menggambarkan bahwasannya setiap orang pasti
memiliki seseorang yang penting dalam hidupnya. Penggambaran seseorang yang
penting ini menunjukkan bahwa penyair berharap agar kita dapat menjadi
seseorang yang penting bagi orang lain tersebut. Dapat menjadi seseorang yang menjalani
hidup seperti air yang mengalir, santai namun tetap memiliki ambisi untuk
mencapai tujuannya. Berpendirian kuat serta tak mudah menyerah dalam menjalani
atau mencapai sesuatu. Kita juga harus hidup menjadi seseorang yang bermanfaat
bagi orang lain sehingga orang lain menganggap kita sebagai seseorang yang
penting dalam hidupnya.
ii.
Pendekatan
Ekspresif
Puisi adalah ungkapan
atau hasil dari pemikiran dan perasaan seorang penyair. Puisi
merupakan proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari gambaran, pikiran
dan perasaan penyair. Kita perlu mengetahui seperti apa
penyair yang membuat puisi agar dapat menelaah lebih jauh mengenai puisinya. Sejauh mana
penyair dalam mengekspresikan ide-ide atau karya sastra . Puisi adalah luapan, ungkapan, atau sorotan dari pikiran dan perasaan
penyair. Puisi merupakan proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari
gambaran, pikiran dan perasaan penyair. Pada hakikatnya, pendekatan
ekspresif menitikberatkan pada sudut pandang pengarang.
a. Biografi
Pengarang
Pengarang bernama Vivin Shafa
Undriyani lahir di Semarang 9 Juni 1997. Ia adalah anak sulung dari 2
bersaudara. Ia pernah menempuh pendidikan di SDN Telawah selama 2 tahun dan
kemudian pindah ke SDN Jerukan 2 karena alasan keluarga. Kemudian ia bersekolah
di SMPN 2 Juwangi dan lulus dari SMA Bhinneka Karya 6. Kini ia menempuh
pendidikan di Universitas PGRI Semarang program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia semester 4. Sejauh ini ia sudah sering membuat puisi meskipun
belum berani mengekspresikan puisinya ke khayalak umum, hanya sebagai koleksi
pribadi saja.
b.
Kondisi Psikologis Penyair
Sejak awal penyair memang sudah
memiliki ketertarikan terhadap dunia sastra dan seni. Ia pernah menjadi bagian
dari PSM UPGRIS karena hobi menyanyinya sejak usia dini. Ia menyalurkan
bakatnya dengan senang hati meskipun sementara ini ia harus hiatus sejenak
karena kesibukannya sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Di rumah, ia merupakan anak yang
baik sekaligus penyayang. Ia rajin membantu orang tuanya yang memiliki usaha
berdagang dan memilik toko di rumah. Karena berada di lingkungan keluarga yang
sarat akan kasih sayang, ia memiliki pribadi yang hangat dan penyabar.
c.
Gaya Bahasa Penyair
Karena ia merupakan anak sulung dari
2 bersaudara, ia cenderung memilik sisi-sisi kedewasaan dalam beberapa hal dan
menjadi penyabar dalam menghadapi situasi tertentu. Berada di keluarga yang
erat hubungannya dengan perasaaan cinta dan kasih sayang yang hangat, ia
menanamkan bahasa yang hangat namun mendalam dalam puisi karangannya berjudul
“Sungai” ini. Ia mengumpamakan orang yang dikasihinya sebagai sungai dengan
segala sifat dan kepribadiannya.
iii.
Pendekatan
Mimetik
Pendekatan mimetik
yaitu kajian sastra yang menitikberatkan terhadap
semesta/alam. Pendekatan ini bertolak belakang dari pemikiran bahwa karya sastra
merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan
gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam.
Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam
karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang
dilihatnya. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang
dirasakan dan dilihatnya.
Puisi “Sungai” karya Vivin Shafa Undriyani ini mengisahkan tentang
seseorang yang digambarkan melalui sungai. Dari judulnya saja sudah terlihat
jika penyair memang menitikberatkan puisinya pada alam/lingkungan sekitarnya.
Ia menggambarkan sungai yang mengalir tiada henti seperti kehidupan man usia yang tidak akan pernah berhenti,
waktu yang terus berjalan takkan mampu dihentikan meskipun manusia memiliki
batas waktu kehidupan sebelum ajal menjemput. Ia harus terus berusaha untuk
bertahan hidup meskipun rasanya begitu sulit sebab ada orang lain yang
membutuhkan kita. Selain itu aliran sungai juga menggambarkan bahwasannya
manusia tidak akan mampu menghentikan hasrat dan keinginannya sampai kapanpun,
meski sudah memperoleh banyak hal manusia cenderung tidak pernah puas dan
selalu berusaha untuk meraih atau mencapai sesuatu yang lebih lagi dari
sebelumnya.
“Darimana datangnya?”
“Apakah Langit menurunkanmu begitu
saja”
Penggalan puisi tersebut menunjukkan
ekspresi bertanya dari penyair, darimana datangnya sungai itu? Dari mana
datangnya makhluk citptaan-Nya. Penyair menilai bahwa di alam semsta ini Langit
merupakan sesuatu yang tingkatannya paling tinggi. Istilah Langit dinilai dapat
menggantikan Tuhan Yang Maha Esa yang telah mennciptakan alam semesta ini
beserta segala isinya.
Kemudian kalimat
“Begitu sedap dipandang saat senang” dan
“Berangas pula ketika bersedih”
Potongan kalimat tersebut menggambarkan bahwa manusia memiliki sifat begitu
menyenangkan ketika bahagia dan ketika bersedih manusia begitu mudah
“berangas”. Berangas dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu tindakan mudah
sekali marah dan gemar berkelahi, ganas lagi kasar. Memang benar, saat manusia
bahagia atau dalam kondisi senang ia akan terlihat enak dan menyenangkan untuk
dilihat dan diamati apalagi jika kita adalah alasan dari kebahagiaan mereka
maka kita akan merasa bahagia. Namun ketika manusia bersedih, kecewa atau dalam
keadaan yang cenderung tidak menyenangkan, ia akan lebih mudah marah dan
emosional. Manusia cenderung mudah tersulut emosi ketika sedang bersedih.
“Arusmu sebagian hidupku-hidupnya”
Hal ini seakan menunjukkan bahwa dalam kehidupan di alam semesta, sungai
merupakan hal yang sangat penting. Sungai yang mengandung air menjadi pusat
kehidupan manusia, segala aktivitas manusia membutuhkan air sebagai penopang
hidup. Manusia pun sama, seseorang dapat menjadi dunia bagi kehidupan orang
lain. Maka sebab itu kita harus menjadi pribadi yang baik, peduli dan
memperhatikan satu sama lain agar kita tidak menyakiti dan mengecewakan atu
bahkan menghancurkan hidup orang lain tanpa kita ketahui.
“ Beragam warna bersama arti”
“Apakah sama dengan laut”
Penggalan puisi diatas berkaitan erat dengan kehidupan alam semesta. “ Beragam warna bersama arti”
menunjukkan bahwa kehidupan memiliki banyak warna, begitu pula dengan sifat
manusia yang beragam. Akan tetapi meskipun berbeda-beda, mereka memiliki
kekhasan dan arti masing-masing. Setiap warna melambangkan hal yang berbeda
begitu pula sifat manusia.
“Cair yang bermakna”
“Dingin tak pernah puas”
Potongan puisi diatas menunjukkan bahwa cair dan dingin merupakan hal yang
mutlak ada di kehidupan makhluk hidup. “Cair
yaang bermakna” menunjukkan bahwa sifat manusia yang merupakan makhluk
sosial, mudah bergaul dengan sesamanya namun tetap memiliki sikap dan sifat
yang membedakannya dari yang lain. Sedangkan “Dingin tak pernah puas” menunjukkan sikap dan sifat manusia yang
tidak mudah menyerah, selalu berusaha dan tak pernah puas dalam mencapai
impiannya.
iv.
Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang
memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada
pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral,
politik, agama, ataupun tujuan yang lain. Atau pendekatan pragmatik adalah
pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sesuatu hal yang dibuat atau
diciptakan untuk mencapai atau menyampaikan efek-efek tertentu pada penikmat
karya sastra, baik berupa efek kesenangan, estetika atau efek pengajaran moral,
agama atau pendidikan dan efek-efek lainnya. Pendekatan ini cenderung menilai
karya sastra berdasarkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan-tujuan
tersebut bagi pembacanya.
Dalam hal ini penyair menggambarkan bahwa manusia
yang diibaratkan sebagai sungai merupakan pusat kehidupan manusia lainnya
dengan segaala karakteristiknya. Penyair ingin menunjukkan bahwa manusia selalu
menjadi sosok yang penting bagi orang lain, entah hubungan antara Ibu dan anak,
suami dan istri, ataupun seseorang dan kekasihnya. Secara lugas, penyair ingin
menunjukkan kecintaannya terhadap seseorang melalui hubungan tersebut. Puisi ini
memiliki nilai yang mendalam mengenai seseorang yang penting dalam
kehidupannya. Ia melalui puisi karangannya tersebut ingin menyampaikan pesan
bahwa setiap individu memiliki seseorang yang penting dalam hidupnya, maka
setidaknya kita dapat menjadi pribadi yang baik karena kita juga berharga bagi
orang yang mengasihi kita.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Puisi
berjudul “Sungai” karangan Vivin Shafa Undriyani ini cukup mudah dipahami meskipun
penggunaan bahasanya yang sedikit khas. Berhubungan langsung dengan alam
semesta dengan pusatnya sungai sebagai pengganti manusia. Mengibaratkan manusia
sebagai sungai, ia juga tak lupa menyisipkan majas dalam bait-bait puisinya.
Sarat akan kepedulian dan kasih sayang, puisi ini memiliki nilai lebih terhadap
pembaca yang cukup dekat dan akrab dengan keluarga atau seseorang yang penting
dalam hidupnya. Puisi ini layak dibaca dan ditelaah lebih jauh untuk memahami
makna yang ingin penulis sampaikan.Puisi ini layak dibaca dan ditelaah lebih
jauh untuk memahami makna yang ingin penulis sampaikan.
Komentar
Posting Komentar