BAHASA INDONESIA: TEKS PUISI
BAHAN AJAR
TEKS PUISI
PETA
KONSEP
GLOSARIUM
Ekspresi : Pandangan
air muka yang memperlihatkan perasaan
seseorang
Intonasi : Ketepatan
pengucapan dan irama kalimat dalam
dialog (dari seorang
aktor)
Makna puisi : Maksud atau pun artian yang terkandung pada suatu puisi yang mengandung pesan tertentu yang
bisa ditangkap oleh pembaca puisi.
Puisi : Ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik
dan bait
Suasana puisi : Suasana
yang menyertai kejadian, peristiwa, atau hal-hal
yang diungkapkan dalam puisi.
Teks : Naskah yang berupa
kata-kata asli dari pengarang
Tema puisi : Landasan atau dasar pijakan
bagi penyair untuk mengembangkan puisi.
Vokal : Pengucapan dalam puisi
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
A.
Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan membaca teks
puisi berjudul “Ibu” karya D. Zawawi Imron, peserta didik mampu menyajikan teks puisi secara tertulis dalam bentuk antologi
puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
B. Uraian Materi
1.
Pengertian puisi
Terdapat beragam
pengertian dari puisi yang muncul dari berbagai
segi pemikiran dan sudut
pandang orang mengenai esensi dari puisi tersebut. Menurut Wordsworth (dalam Djojosuroto, 2005:10)
puisi adalah luapan
ekspresi yang spontan
dari perasaan-perasaan yang penuh daya, seseorang memperoleh perasaan
tersebut dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
Puisi merupakan karya sastra dengan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang selaras
serta dilengkapi dengan pemilihan kata-kata kias
(Waluyo, 2002, 1).
Spencer (dalam Waluyo, 1987:23) menyebutkan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan
pendapat atau pemikiran yang bersifat emosinal dang memperhatikan efek estetiknya.
Melalui pendapat
beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan karya sastra yang dihasilkan
dari luapan atau ungkapan pemikiran atau perasaan seseorang
dalam bentuk kata-kata
yang tertata rapi dengan sehingga
menghasilkan suatu tulisan
yang memiliki nilai keindahan (estetik).
2. Unsur Pembentuk Puisi
Puisi dihasilkan dari suatu
proses penulisan yang memiliki kepaduan
dalam tiap bagian-bagiannya. Bagian-bagian tersebut saling
melengkapi dan berkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan.
Puisi sebagai suatu bentuk karya sastra terdiri dari dua struktur, yaitu struktur fisik dan struktur batin.
Berikut merupakan unsur pembentuk puisi menurut Wardoyo (2013: 22):
a. Struktur
Fisik
1) Diksi atau
pemilihan kata
Boulton (dalam Djojosuroto,
2005:16) mengatakan bahwa diksi atau yang
lebih sering disebut dengan pemilihan kata merupakan esensi atau hal pokok yang
menjadi pendiri dari sebuah
puisi.
Menurut Djojosuroto (2005:16), seorang penyair
menulis puisi menggunakan pemilihan kata yang cermat dan sistematis untuk
menghasilkan diksi yang cocok
dengan suasana. Dalam pemilihan diksi, seseorang perlu melalui proses yang panjang untuk dapat memperoleh diksi tersebut. Sehingga, diksi dalam sebuah puisi dapat
dijadikan sebagai penentu seberapa jauh seorang penyair memiliki daya cipta yang asli.
Sedangkan Waluyo (1987: 72)
menyebut bahwa selain memilih kata yang tepat, penyair
juga mempertimbangkan urutan
katanya dan kekuatan
atau daya magis dari kata-kata
tersebut.
Contoh:
Dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar,
beliau menulis salah satu baris
yang berbunyi: kalau sampai
waktuku/ ku mau tak seorang kan merayu. Susunan
kata dalam baris tersebut tidak dapat diubah-ubah meskipun akan menghasilkan makna yang sama. Hal tersebut
dikarenakan, penggantian urutan kata dalam sebuah puisi dapat
merusak konstruksi atau esensi estetik dari
puisi tersebut. Perubahan susunan kata juga dapat menghilangkan daya gaib yang
ada dalam puisi.
(Waluyo, 1987:73)
2) Bahasa Figuratif
Pengertian bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan. Dengan bahasa kiasan,
sajak menjadi menarik
perhatian, menimbulkan kesegaran
dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Jenis-jenis bahasa figuratif yaitu: personifikasi, metafora, perbandingan (simile), sinekdoke, ironi,
metonimia, dan hiperbola.
a) Personifikasi
Personifikasi
merupakan bahasa kiasan yang menganggap bahwa
benda mati memiliki
sifat-sifat layaknya manusia
(Wardoyo, 2013:25).
Menurut Waluyo (1987:85), personifikasi digambarkan sebagai suatu keadaan atau peristiwa alam sering
dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami manusia.
Sedangkan Djojosuroto (2017:18) menyebutkan bahwa personifikasi
merupakan bahasa kias yang menyamakan benda dengan manusia sehingga benda mati dapat melakukan hal yang sama
seperti manusia.
Melalui pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa personifikasi
merupakan bahasa kias yang digunakan untuk menggambarkan keadaan benda mati yang dapat hidup layaknya manusia.
Contoh:
Dalam puisi “Gadis Peminta-minta”, Toto Sudarto Bachtiar
menuliskan personifikasi sebagai
berikut: “kotaku jadi hilang tanpa nyawa”, “bulan di atas itu tak ada yang punya”, “kotaku hidupnya tak lagi punya tanda”.
(Waluyo, 1987:85)
b) Metafora
Menurut Waluyo (1987:84), metafora
merupakan kiasan langsung. Sehingga ungkapan
yang dituliskan itu langsung berupa
kiasan.
Sedangkan menurut
Wardoyo (2013:27), metafora
merupakan bahasa kiasan yang digunakan
dengan cara melihat
sesuatu dengan perantaraan benda yang lain.
Wahab (dalam Djojosuroto, 2005:17) menyebutkan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung karena makna yang dimaksud terdapat
pada ungkapan kebahasaan itu sendiri.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metafora merupakan bahasan
kiasan yang dapat dilihat secara langsung dalam sebuah puisi, tetapi tidak dapat dimaknai secara langsung karena
makna aslinya disampaikan dalam
bentuk lain yang memerlukan pemahaman lebih terhadap puisi yang dituliskan.
Contoh:
Engkau Putri Duyung/
tawananku/ Putri Duyung
dengan suara merdu/
lembut bagi angin laut/ mendesahlah bagiku.
Dalam puisi berjudul “Surat
Cinta”, Rendra mengiaskan kekasihnya sebagai putri duyung. (Waluyo, 1987:84)
c) Perbandingan (Simile)
Abrams
(dalam Djojosuroto, 2005:18) menyebutkan bahwa simile merupakan bahasa kias yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda tetapi
disamakan dengan menggunakan kata seperti, serupa,
bagaikan, laksana, dan
sejenisnya.
Waluyo
(1987:84) meyebutkan bahwa perbandingan atau simile merupakan penggambaran benda-benda yang dikiaskan, ada bersama dengan
pengiasnya.
Menurut
Wardoyo (2013: 28), simile merupakan bahasa
kiasan yang membandingkan dua hal yang
pada hakikatnya berlainan.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbandingan atau simile merupakan bahasa kiasan yang berusaha membandingkan dua hal yang berbeda dengan
menambahkan kata bak, seperti, bagai, bagaikan, laksana,
ibarat, di antara dua hal yang diperbandingkan.
Contoh:
Dalam “Jante Arkidam”, Ayip Rosidi membuat
perbandingan dengan kata-kata: ”tajam tangannya
lancip”, “matamu mata dadu”,
“mulutnya manis jeruk garut”, “kumisnya tajam sapu ijuk”.
(Waluyo, 1987:84)
d) Sinekdoke
Sinekdoke merupakan
bahasa kiasan yang menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau
menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian (Waluyo, 1987:85).
Sedangkan menurut
Abrams (dalam Djojosuroto, 2005:20), sinekdoke
merupakan bahasa kias yang menggunaan sebagian hal atau benda untuk menyatakan keseluruhan yang disebut dengan pars pro toto,
sedangkan menggunakan keseluruhan untuk sebagian disebut
dengan to tem pro parte.
Berdasarkan kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sinekdoke terbagi
menjadi dua, yaitu sinekdoke to tem pro parte yang menyatakan keseluruhan untuk maksud
sebagian dan sinekdoke pars pro toto yang
menyatakan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh:
Dalam puisinya
berjudul “Sajak Burung-burung Kondor”, untuk menggambarkan sebagian petani yang menderita, Rendra menyamaratakan semua petani menderita
untuk mempertegas kritikannya.
Para petani bekerja/ berumah di gubuk-gubuk tanpa
jendela/ menanam bibit di tanah yang subur/
memanem hasil yang berlimpah dan makmur/ namun hidup mereka sendiri sengsara.
Sedangkan untuk
menggambarkan penderitaan gadis peminta- minta,
Toto Sudarto Bachtiar menggambarkannya dengan contoh “gadis kecil berkaleng
kecil”.
e) Ironi
Ironi merupakan
kata-kata kias yang bersifat berlawanan yang bertujuan untuk menyindir
(Waluyo 1987:86). Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme yaitu
penggunaan kata-kata kasar yang bertujuan untuk menyindir atau mengkritik suatu
hal.
Contoh:
Untuk
menggambarkan kemunduran dunia pendidikan, Rendra menulis:
Apakah gunanya pendidikan/ bila hanya akan membuat seseorang
menjadi asing/ di tengah kenyataan persoalannya/ apakah gunanya
pendidikan/ bila hanya mendorong seseorang/ menjadi layang-layang di ibukota/ kikuk pulang
ke daerahnya? (Waluyo, 1987:86)
f) Metonimia
Pradopo (dalam Djojosuroto 2005:19)
menyebutkan bahwa metonimia merupakan bahasa kias pegganti nama.
Dengan demikian, metonimia merupakan bahasa kias yang menggunakan kata atau kalimat untuk menyatakan sesuatu karena
memiliki hubungan yang dekat atau relasional.
Contoh:
Ia dengan kepak kelelawar dan guyur
sisa hujan dari daun (1) Karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali
menampakkan bimasakti
Melalui potongan
puisi di atas, keduanya menggambarkan suasana sepi nan tentram.
(Djojosuroto, 2005:20)
g) Hiperbola
Menurut Wardoyo
(2013:29), hiperbola merupakan
bahasa kiasan yang melebih-lebihkan
untuk menyatakan sesuatu.
Sedangkan menurut
Waluyo (1987:85), hiperbola
diartikan sebagai kiasan
berlebihan yang digunakan penyair untuk mendapat perhatian lebih dari pembacanya.
Contoh:
Membanting tulang, menanti seribu tahun, dan belah
dadaku. (Waluyo, 1987:85)
3) Kata Konkret
Kata konkret
merupakan kata-kata yang digunakan penyair
untuk merujuk kepada arti yang
menyeluruh, dengan kata lain arti dari kata konkrit merujuk kepada kata-kata
yang mampu memberikan pengimajian kepada pembaca.
Contoh:
Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah
perut bumi
Kaki kuda yang
bersepatu besi dikonkretkan dengan pernyataan kuku besi. sedangkan kuda
yang menapaki jalan tidak beraspal dituliskan dengan kata kulit bumi.
4) Citraan (pengimajian)
Pradopo (dalam
Wardoyo 2017:33) menyatakan bahwa citraan adalah gambaran-gambaran angan yang dituangkan ke dalam sajak. Jenis
citraan ada enam, diantaranya yaitu
citraan pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perabaan, pengecapan,
dan suasana (pikiran).
a.
Citraan Penglihatan
Citraan
penglihatan menggunakan bahasa-bahasa yang dapat merangsang indra penglihatan.
Contoh:
Aneka
ragam tanaman tumbuh
Pada
baris di atas, penulis mencoba untuk menggambarkan berbagai macam tanaman yang
tumbuh kepada pembaca.
b.
Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran menggunakan bahasa
yang dapat merangsang indra
pendengaran sehingga pembaca seolah-olah sedang mendengarkan sesuatu.
Contoh:
Tik tik tik waktu berdetik
Melalui baris puisi di atas, penulis seolah mengajak pembaca agar mendengarkan suara detik dari jarum jam.
c.
Citraan Penciuman
Melalui citraan penciuman, penulis mengajak pembaca
untuk dapat merasakan kualitas bau dari sesuatu hal.
Contoh:
Harummu semerbak mewangi
Penulis seolah ingin menunjukkan bahwa seseorang atau sesuatu yang
dimaksudkan dalam puisi
tersebut memiliki aroma
yang wangi.
d. Citraan Perabaan
Citraan perabaan menggunakan bahasa-bahasa yang mampu memberikan rangsangan indra peraba.
Contoh:
Rambutmu lebih halus dari puisi atau lukisan
mana pun
Dalam baris puisi di atas, penulis menunjukkan adanya citraan perabaan. Penulis seolah menunjukkan bahwa rambut yang dimiliki
oleh seseorang tersebut
terasa halus ketika
disentuh.
e.
Citraan Pengecapan
Citraan pengecapan menunjukkan
penggunaan bahasa-bahasa yang dapat merangsang indra pengecap.
Contoh:
Senja mengental dalam
gelas kopiku dan kureguk sebagai puisi yang pahit.
Melalui baris puisi di atas, penulis
ingin menunjukkan bahwa kopi menggambarkan
senja yang gelap seperti kopi dan ia mengalami sesuatu yang menyedihkan
layaknya kopi yang pahit.
f.
Citraan Suasana (Pikiran)
Citraan suasana menggunakan bahasa-bahasa yang dapat menganalogi pikiran.
Contoh:
Hidup hanya menunda
kekalahan
Dalam baris puisi di atas, penulis
ingin menunjukkan suatu filosofi kehidupan,
bahwa hidup tidak selamanya menang melainkan menunda kekalahan.
5) Versifikasi (Rima dan Ritma)
Versifikasi berkaitan dengan
bunyi-bunyi yang diciptakan dari dalam puisi.
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima (persajakan) dan ritma. Rima yaitu pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk
musikalitas atau orkestrasi sedangkan ritma merupakan
tinggi rendah, panjang pendek, dan keras
lemahnya bunyi.
Contoh:
Sepisaupi
sepisau luka sepisau duri sepikul
dosa sepukau sepi sepisau duka
sepisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi
sepisaupa sepisaupi sepisapanya
sepikau sepi sepisaupa sepisaupoi sepikul diri keranjang duri sepisaupa sepisaupi sepisaupa sepisaupi sepisaupa sepisaupi
sampai pisau-Nya ke dalam
nyanyi
6) Tata Wajah Puisi
Tata wajah atau tipografi dalam puisi
merupakan bentuk penulisan atau tampilan
yang ditulis oleh penyair. Tipografi puisi memiliki fungsi sebagai pembeda
karya sastra puisi dengan
karya sastra lainnya.
Contoh:
Aku menimbang-menimbang mungkin
Kita berdua menjadi
satu
Gaji dihitung-hitung
Cukup tidak untuk berdua
Hati ingin sempurna
dengan engkau
Sama derita sama gembira Kepala
Pusing menimbang
Menghitung-hitung uang bagi kita Aku ingin
hidup damai tua
Mikir anak istri setia Kalbu
pecah merasa susah
Hamba buruh apa dikata
(oleh Armijn
Pane)
b. Struktur Batin
1)
Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide pikiran
penyair mengenai puisi
yang ditulisnya. Ada berbagai macam tema dalam puisi, diantaranya yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, keadilan
sosial, dan lain sebagainya.
Contoh:
Dalam
puisi “Gadis Peminta-minta”, Toto Sudarto Bachtiar
mengambil tema kemanusiaan
dalam puisinya. Toto ingin menunjukkan bahwa seorang gadis peminta-minta juga memiliki harkat dan martabat yang sama
dengan manusia lainnya.
2)
Nada dan Suasana
Penyair menuliskan puisi dengan
berbagai sikap dan gambaran sesuai dengan
keinginan penyair tersebut. Cara penyair bersikap dalam sebuah puisi dapat
disebut dengan nada puisi.Jika nada puisi merupakan
sikap penyair terhadap
pembaca maka suasana
puisi merupakan keadaan
jiwa pembaca ketika
selesai membaca puisi
tersebut.
Contoh:
Nada-nada puisi yang main-main
dapat ditemukan dalam puisi mbeling
karya Yudhistira Ardinugraha. Sedangkan nada yang bersifat serius dan filosofis dapat ditemukan dalam puisi
Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul O.
3)
Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya atau puisinya
tersebut. amanat dapat disampaikan secara
implisit maupun eksplisit.
Contoh:
Dalam puisi “Padamu Jua” karya Amir
Hamzah, dapat dilihat bahwa Amir berusaha
untuk mengungkapkan rasa ketidakberdayaannya terhadap
usaha untuk mamahami Tuhan. Dapat dilihat melalui
isinya bahwa puisi tersebut bertema
Ketuhanan.
3.
Ciri-Ciri Puisi
a.
Puisi Lama Puisi Lama merupakan
puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan yaitu sebagai berikut
ini :
1)
Jumlah kata dalam 1 baris
2)
Jumlah baris dalam 1 bait
3)
Persajakan (rima)
4)
Banyak suku kata di tiap baris
5)
Irama
Ciri-Ciri Puisi Lama
1)
Tak diketahui nama pengarangnya
2)
Penyampaiannya yang bersifat
dari mulut ke mulut, sehingga
merupakan sastra lisan.
3)
Sangat terikat akan aturan-aturan
misalnya seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
ataupun rima.
b.
Puisi Baru Puisi
Baru merupakan
puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih
bebas dari pada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun
rima.
Ciri-Ciri Puisi Baru
1)
Mempunyai bentuk yang rapi, simetris
2)
Persajakan akhir yang teratur
3)
Memakai pola sajak
pantun dan syair
walaupun dengan pola yang lain
4)
Umumnya puisi 4 seuntai
5)
Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan
sintaksis)
6)
Di tiap gatranya terdiri
dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata
4. Menulis Puisi
Pernahkah kalian menulis
puisi? Menulis puisi kadang menjadi beban terberat bagi seseorang. Hal ini karena dianggap terlalu sulit dari segi
tentu memberikan efek bahasa maupun
penafsirannya. Sebenarnya apabila kalian sudah tuntas materi pada kegiatan sebelumnya maka , menulis puisi
itu tidak ada yang sulit. Mari kita belajar menulis puisi dengan memperhatikan kaidah kebahasaan dan unsur pembangunnya.
Menulis puisi untuk mengungkapkan perasaan
Menulis puisi termasuk salah satu kegiatan
yang kreatif. Kalian
akan akan dilatih
untukberpikir untuk menyerdehanakan ide yang kompleks
menjadikata-kata yang singkat. Dikatakan singkat karena lebih
singkat dibanding prosa yang juga merupakan karangan kreatif.
Salah
satu sumber inspirasi dalam menulis puisi adalah pengalaman. Hal-hal yang kalian tentu memberikan efek senang,sedih,marah,kagum dan sebagainya.
Berikut ini adalah link sebuah puisi karya Sutji Harijanti https://youtu.be/dFaC3US8G6s berjudul Ada Peminta Datang Pagi Hari Karya: Sutji Harijanti
Takada peminta datang pagi hari
Ketika pagar penghalang gang berjajar
Menghadang peminta
datang
Terkunci lagi rapat
Tertatih peminta
pergi pagi hari
Semua jalan gang menjadi sunyi
Inilah perumahanku yang tersembunyi menggigil
kelu
Setiap rumah
Setiap pagar halaman
Setiap pintu Mendadak tertutup sepanjang hari
Hai.. peminta
yang dating saban hari
Apa yang kau makan hari ini? Apa makan ini hari?
Puisi tersebut bersumber
dari pengalaman penyair
ketika sedang berada dalam suasana
yang menyedihkan yaitu adanya pandemi
covid-19.
Berlatar
belakang kondisi tersebut
maka munculah persoalan
bahwa penyair yang terbiasa menemui
dan bersedekah kepada pengemis maka dalam masa pandemi itu tidak dapat melakukannya karena para pengemis
tidak dapat datang diperumahannya, dan penyair merasa
kuatir tentang nasib para pengemis
apakah mereka bisa makan atau tidak tiap harinya.
Menulis puisi selain berdasarkan ungkapan
perasaan juga dapat bersumber berdasarkan berita yang dibaca atau didengar.
Peristiwa- peristiwa yang terjadi di
sekitar bias ditanggapi dengan sebuah puisi. Puisi yang demikian menggambarkantanggapan penyair terhadap apa yang
sedang terjadi. Biasanya puisi ini berisi kritikan.
Simaklah puisi berikut
ini!
Ibu
Karya: D. Zawawi Imron
kalau
aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur
kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya
mata air, air matamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila
aku merantau
sedap
kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di
hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran
hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu
adalah gua pertapaanku
dan
ibulah yang meletakkan aku di sini
saat
bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu
menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku
mengangguk meskipun kurang mengerti
bila
kasihmu ibarat samudera
sempit
lautan teduh
tempatku
mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku
berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan,
mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau
aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu,
ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran
aku tahu
engkau
ibu dan aku anakmu
bila
aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan
yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah
itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali
datang padaku
menyuruh
menulis langit biru
dengan
sajakku
Setelah kalian
sudah menentukan sumber
penulisan puisi berikutnya adalah langkah- langkah
menuliskannya.
5. Langkah-langkah menulis
puisi
Menentukan
tema Untuk mendapatkan tema, kalian bisa memancingnya dengan menggunakan pertanyaan, keadaan di sekitar
anda, perasaan anda, maupun berbagai hal yang anda amati.
1. Menentukan kata kunci. Kata kunci ini di ambil dari tema yang anda tentukan.
2. Gunakan gaya bahasa (majas). Majas yang
biasanya
digunakan adalah majas perbandingan dan pertentangan.
3. Kembangkan puisi seindah
mungkin. Langkah
selanjutnya adalah mengembangkan semua langkah
diatas menjadi puisi yang indah. Susun kata, larik, menjadi
bait. Kembangkan menjadi
puisi yang utuh dan bermakna
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menulis puisi:
1. Tema dan Judul
Tema dan judul adalah hal
yang pertama kali harus kamu perhatikan dalam membuat sebuah puisi. Tema dan judul yang pas, bisa memudahkan para pembaca untuk memahami
maksud dari puisi tersebut. Pilihlah tema yang benar-benar menarik, dan selanjutnya tentukan judul yang berhubungan
dengan tema tersebut.
2. Tentukan Kata Kunci
Kata kunci bisa menjadi
sebuah kata yang bisa membantu kamu untuk menjelaskan makna dari tema puisi kamu. Kamu hanya tinggal mengembangkannya
dalam sebuah kalimat atau larik puisi.
3. Diksi
Diksi atau pemilihan kata
adalah cara kamu memberikan sebuah keunikan untuk puisi. Banyak puisi bagus yang menggunakan kata-kata sederhana, ada juga puisi bagus yang menggunakan diksi yang unik.
Tentukan sendiri diksi
yang ingin kamu gunakan, karena
inilah cara untuk menunjukan keunikan dari puisi kamu.
4. Rima
Rima adalah persamaan bunyi
atau perulangan bunyi dalam puisi yang bertujuan untuk memberikan efek keindahan. Pada bagian ini kamu juga bisa
menunjukan kreativitas kamu. Gunakan rima untuk membuat puisi kamu menjadi
semakin indah.
5. Bait
Ada banyak pilihan dari bait yang bisa kamu gunakan, yaitu:
a.
distikon (puisi dengan masing-masing dua baris
di setiap bait)
b.
terzina (terdiri dari tiga
baris per bait)
c.
kuatren (empat baris
per bait)
d.
kuint (lima baris per bait)
e.
sonata (terdiri dari empat baris di masing-masing dua bait pertama dan tiga barus di masing-masing dua bait terakhir).
Dalam menulis puisi, ada berbagai macam cara yang dapat
dilakukan sesuai dengan
keinginan dari penulis atau penyair dari puisi itu sendiri. Seperti
halnya puisi yang dihasilkan akan
berbeda satu sama lain, maka teknik atau cara penulisan puisi dari masing-masing penyair pasti berbeda.
Berikut merupakan teknik menulis puisi yang dikemukakan oleh Wardoyo
(2017:55).
1.
Teknik Meniru
Teknik ini merupakan teknik membuat puisi dengan cara meniru puisi laain sebagai
masternya (copy of master). Teknik ini bermaksud
untuk meniru suatu bentuk entah dari segi struktur fisik maupun batin dari puisi
sebelumnya yang kemudian
digunakan sebagai referensi untuk pembuatan suatu puisi baru.
2.
Teknik Keinginan
Teknik keinginan ini bermaksud untuk
mencoba menuangkan segala keinginan yang ada
dalam diri penulis secara jujur untuk dapat menciptakan suatu puisi yang sesuai dengan
keinginan penulis itu sendiri.
3.
Teknik Awali Dari Mimpi
Teknik awali dari mimpi merupakan teknik
penulisan puisi dengan didasarkan pada impian yang pernah dimiliki oleh penulis.
4.
Teknik Bersumber Pada Alam
Teknik ini merupakan teknik menulis puisi dengan menghayati alam sebagai sesuatu
yang hidup dan memiliki
kehidupan seperti layaknya manusia.
5.
Teknik Mengibaratkan
Teknik
mengibaratkan merupakan teknik penulisan puisi dengan adanya penggunaan
kata-kata yang berfungsi untuk mengibaratkan sesuatu. Kata-kata tersebut antara lain bak, seperti, laksana, bagai, atau ibarat.
6.
Teknik Menjelma Sesuatu
Teknik menulis puisi ini dilakukan dengan cara mengimajikan diir sendiri sebagai
suatu benda, menghayati, dan menjiwai benda tersebut.
7.
Teknik Menuliskan Suara
Teknik ini menuliskan suara-suara yang
ada. Teknik yang lebih menitikberatkan pada kreativitas penulis dalam memadukan kata-kata
dengan diksi suara yang dipilih.
8.
Teknik Penggambaran
Teknik penggambaran merupakan teknik
menulis puisi dengan mendeskripsikan sesuatu dengan
bahasa yang berbeda.
Artinya bahwa suatu objek dapat digambarkan dari berbagaii sudut pandang.
9.
Teknik Narasi
Teknik narasi merupakan teknik menulis
puisi dengan cara menarasikan pengalaman indera seseorang ke dalam bentuk puisi.
10. Teknik Musik Pengiring
Teknik ini digunakan untuk melatih
kepekaan siswa dan konsentrasi siswa dalam menulis
puisi. Teknik ini diberikan kepada siswa sebagai lanjutan teknik-teknik dasar yang telah diberikan sebelumnya. Siswa
dituntut untuk dapat menulis puisi dengan iringan musik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
(2016, Januari 01). KBBI Daring.
Diambil kembali dari kbbi.kemdikbud.go.id: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/
Bernadette, Fransiska. 2017. “Penerapan
Metode Karya Wisata dalam Pembelajaran Menulis
Puisi Pada Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi
Universitas PGRI Semarang.
Darmawan, A. (2012, Agustus
29). Suasana dalam Puisi. Diambil
kembali dari doakalian.wordpress.com: https://doakalian.wordpress.com/2012/08/29/suasanadalam-puisi/
Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali
Pers.
Devi, Wika
Soviana dan Rafvesa Fitria. 2018. “Efektivitas Metode Outdoor Study dengan Musik Klasik Terhadap Kemampuan
Menganalisis Unsur Puisi”. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung:
Nuansa. Dimyati dan Mudjiono. 2009.
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fasikin. 2017. “Penerapan Metode
Dikotomi dalam Pembelajaran Menulis Puisi Pada
Siswa Kelas VIII SMP N 1 Tahunan Jepara Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi
Universitas PGRI Semarang.
Fitriana, Ratna Ayu. 2011.”Penerapan OLP
(Outdoor Learning Process) Terhadap Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Tuntang Pada Materi Keanekaragaman Hayati”. Skripsi
Universitas Negeri Semarang
Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas
Outdoor Learning: Ancangan Strategis Mengembangkan Metode Pembelajaran Menyenangkan, Inovatif&Menantang. Jakarta: Prestasi Pustaka
Hizbam, K. (2019, Januari 01). Kumpulan Puisi Pendek dari Para Penyair
Terkenal yang Menginspirasi. Diambil kembali dari gasbanter.com: https://gasbanter.com/kumpulanpuisi-pendek/#1_Doa_%E2%80%93_Chairil_Anwar
Kelas Pintar. (2020, Mei 16). Cara Membuat
Puisi yang Bisa Kamu Kuasai Dengan Mudah. Diambil kembali dari kelaspintar.id: https://www.kelaspintar.id/blog/tipspintar/caramembuat-puisi-yang-bisa-kamu-kuasai- dengan-mudah-4686/
Rahmah, A. (2019,
Desember 30). Pengertian Puisi Adalah – Ciri ciri, Jenis, Unsur, Struktur, Dan Contoh. Diambil kembali dari rumus.co.id: https://rumus.co.id/pengertianpuisi/#:~:text=Unsur%20intrinsik,rima%2C%20ritme%2C%20 dan%20tema.
Komentar
Posting Komentar