POLISEMI




            Polisemi berasal dari bahasa Yunani “pulosemous” yang merupakan gabungan dari leksem “poly” yang berarti “banyak” dan “sema”  yang berarti “tanda”. Artinya, polisemi adalah satu leksem yang memiliki variasi makna yang saling terkait. Dr. D. Edi Subroto (1993) menyatakan dalam bukunya Semantik Leksikal II bahwa polisemi adalah sebuah kata yang mempunyai banyak makna atau yang bermakna berbeda-beda. Polisemi juga dapat diartikan sebagai relasi kebahasaan yang berpotensi mempunyai banyak makna. Dalam hal ini, perbedaan antarmakna dapat ditelusuri dari sumber yang sama, atau maknanya masih saling berkaitan.
Misalnya kata mencetak yang mempunyai makna:
1. menghasilkan, sesuatu dengan dicetak (buku, surat kabar, uang)
2. Meluluskan (mencetak sarjana)
3. Memasukkan (mencetak sarjana)
4. menghasilkan (pencetak pengangguran)
5. Menghasilkan/memperoleh dengan mudah (mencetak uang)
Terdapat pula pada kata akar yang maknanya:
1. bagian yang ada pada tumbuhan (kelapa berakar serabut)
2. awal (akar permasalahan ini sebenarnya karena dia tidak percaya diri)
3. kaku (karena terlalu lama menunggu pantatku sampai berakar dibuatnya)
            Kreidle (1998) mengungkapkan bahwa polisemi merupakan pengambilan acuan secara anatomi sebagai dasar makna. Contohnya terdapat pada kata kaki, lengan, dan mulut.
            Gejala polisemi terdapat pada setiap bahasa. Namun demikian, persoalan polisemi tidak sesederhana yang diduga karena kita dapat memastikan sebuah kata itu mempunyai beberapa makna dan apapun ukurannya bahwa kata yang berbagai-bagai itu benar-benar masih termasuk cakupan arti sebuah kata atau barangkali seolah merupakan arti yang berbeda. Beberapa polisemi yang mengalami proses kesejarahan secara kebahasaan akan bergeser menjadi homonim. Contohnya pada kata pinang. Dahulu saat ada acara lamaran, seseorang harus membawa dan memberikan pohon pinang. Oleh karena itu pinang yang dulunya hanya sebagai pohon saja kini maknanya telah bergeser menjadi melamar atau menikahi.
            Antara makna pertama dan kedua tidak berkaitan sama sekali meskipun memiliki suatu proses kesejarahan secara kebahasaan. Dengan demikian, secara tidak langsung kita telah mengetahui dan memahami bahwa suatu kata yang bersifat polisemi itu apabila makna yang beraneka ragam tetap berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
·         POLISEMI DAN METAFORA
Polisemi          fokus pada makna yang lebih dari satu
Metafora           fokus pada bentuk kiasan suatu kata
·         POLISEMI DAN HOMONIM
Polisemi          tertulis dalam satu kata acuan
Homonim           tertulis dalam dua kata
Contoh: Mereka berebut kursi
            Hal ini tergantung pada konteks kalimatnya. Pada dasarnya polisemi menciptakan ketaksaan atau keambiguan.
·         POLISEMI DAN SINONIM
Polisemi          satu kata yang memiliki banyak makna
Sinonim           satu makna memiliki banyak kata meskipun tidak dapat saling menggantikan       posisi dalam kalimat satu dengan lainnya.
Contoh:            Polisemi è Kepala
                        1. Salah satu anggota tubuh bagian atas
                        2. Pemimpin    (Kepala Sekolah)
            Metafora è bisa dan dapat
Banyak kata memiliki satu makna sesuai dengan keadaan sosial, dialek, dan konotasi.
Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Polisemi, diantaranya:
1. Pergeseran Pemakaian
            Polisemi dapat terbentuk karena adanya pergeseran makna dalam pemakaian bahasa. Pergeseran makna yang belum begitu jauh akan memungkinkan penutur atau peneliti bahasa mengenali hubungan makna yang baru dengan makna primernya. Sebaliknya, jika pergeseran makna itu sudah begitu jauh, akan meyulitkan proses pengidentifikasian makna yang baru dengan makna primernya sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa kata-kata berpolisemi itu akan menjadi pasangan berhomonim. Berikut ini adalah contohnya. Kata cair menurut Kamus Besar Bahasa memiliki makna yang berbeda-beda karena pergeseran makna. Hal ini terjadi karena luasnya penggunaan bahasa terutama pada kata sifat. Pergeseran makna yang belum terlalu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa masih mengenali hubungan makna yang baru dengan makna primernya.
Contoh:            Cair
Makna primer: bersifat tak kental (tidak pekat, tidak beku)
Makna sekunder: 1. bocor sehingga sudah diketahui banyak orang
                             2. dapat diuangkan
3. lemah, tidak bersemangat
Perbedaan kata cair dalam entri di atas relatif masih dekat dengan makna primernya.
                        Pinang
Makna primer:            jenis pohon
Makna sekunder:        melamar
Terdapat pula pada kata cantik, enak, dan lanjut.
2. Bahasa Figuratif
            Bahasa figuratif dapat dimaksudkan sebagai penyimpangan penerapan suatu makna kepada suatu referen yang lain. Penyimpangan terjadi  karena adanya keadaan sifat, bentuk, fungsi, tempat, atau kombinasi di antaranya.
Contoh: 1. Punggung è Punggung bukit, punggung tangan
              2. Mulut        è mulut gua, mulut gang
              3. Tangan     è tangan kanan, kaki tangan, tangan diatas
              4. Daun         è daun pintu, daun telinga
              5. Lintah        è hewan, lintah darat.
Catatan:
Peribahasa mengambil diluar bahasa
Idiom masuk dalam metafora
Metafora meliputi majas yang ada dalam bahasa
Peribahasa dan idiom merupakan bagian dari metafora

3. Spesialisasi
              Pada lingkungan sosial yang berbeda, makna suatu kata akan berbeda. Seperangkat kosakata yang berhubungan dengan pemakaiannya dalam kelas sosial/pekerjaan tertentu disebut register.
Contoh :
1. Operasi       è a. Rumah Sakit : membeda luka
                       b. Polisi                         : memeriksa pelanggaran pengendara
2. Morfologi    è a. Linguistik   : pembentukan kata
                          b. Biologi       : bentuk luas dan susunan luar makhluk hidup
                           c. Geografi   : struktur luar bebatuan
4. Pengaruh dari Bahasa Asing
            Polisemi juga dapat timbul karena pengaruh dari bahasa asing. Misalnya kata parlement dalam bahasa Perancis berarti berbicara. Kemudian karena pengaruh dari bahasa Inggris parliament, kata parlement juga berarti badan legislatif. Contoh lain, kata kertas dalam bahasa Indonesia di samping sesuatu yang ditulisi atau tempat memberi cetaka, karena mengarah kata paper dari bahasa Inggris juga berarti karangan ilmiah atau makalah, di samping itu juga berarti dokumen berharga atau kertas berharga (giro, cek). Terdapat polisemi atau sebuah kata yang memiliki makna berbagai macam memberi peluang kepada pemakai bahasa untuk berbahasa secara lebih kaya.










Daftar Pustaka
·         Subroto, Edi D.1993. Semantik Leksikal II.Surakarta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELAAH UNSUR INSTRINSIK NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR

IMAN, ILMU DAN AMAL

BAHASA INDONESIA: TEKS PUISI