INTERFERENSI DAN INTEGRASI



A.    INTERFERENSI

Abdul Chaer dan Leonie Agustina dalam bukunya Sosiolinguistik Perkenalan Awal (2010) menyampaikan bahwa istilah Intereferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa Nababan (1984) juga menyebutkan Interefensi disebut juga pengacuauan. Namun Hartaman dan Stork (1972:115) tidak menyebutnya pengacauan atau kekacauan, melainkan kekeliruan, yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua.

Kalau dilacak penyebab terjadinya interferensi ini adalah terpulang pada kemampuan si penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga di dipengaruhi oleh bahasa lain. Biasanya intereferensi ini terjadi dalam bahasa kedua (B2), dan yang berintereferensi kedalam bahasa kedua itu adalah bahasa pertama atau bahasa Ibu.  Intereferensi biasanya terjadi pada bilingual berkemampuan majemuk karena disebut berkemampuan majemuk apabila kemampuan terhadap B2 jauh lebih rendah atau tidak sama dari kemampuan terhadap B1-nya. Penutur berkemampuan majemuk ini biasanya mempunyai kesulitan dalam menggunakan B2-nya karena akan dipengaruhi oleh kemampuan B1-nya, sehingga terjadilah proses interferensi. Sedangkan penutur bilingual yang memiliki kemampuan terhadap B1 dan B2 sama baiknya atau yang disebut kemampuan sejajar tidak terjadi interferensi karena penutur bilingual berkemampuan sejajar tentu tidak mempunyai kesulitan untuk menggunakan kedua bahasa itu kapan saja diperlukan, karena tindak laku kedua bahasa itu terpisah dan bekerja sendiri-sendiri.

Ø  Contoh:
Mungkin karena wes terlalu cedak
Namanya orang hidup mesti ono cobaane


Interferensi juga terdiri atas interferensi reseptif dan interferensi produktif. Interferensi reseptif yaitu berupa penggunaan bahasa B dengan diresapi unsur-unsur bahasa A. Sedangkan interferensi yang terjadi pada proses representasi disebut interferensi produktif. Wujudnya berupa penggunaan bahasa A tetapi dengan unsur dan struktur bahasa B. Kedua Interferensi ini terdapat dalam tindak laku bahasa penutur bilingual yang disebut interferensi perlakuan. interferensi perlakuan bisa terjadi pada mereka yang sedang belajar bahasa kedua, karena itu ini lazim juga disebut interferensi belajar.

Dalam buku abdul chaer dan leonie agustina “sosiolinguistik perkenalan awal (2010)” disebutkan bahwa weinreich (1953) mengemukakan dalam bukunya language in contact bahwa interferensi yang dimaksud adalah interferensi yang tampak dalam perubahan sistem suatu bahasa, baik mengenai sitem fonologi, morfologi, maupun sistem lainnya. Oleh karena interferensi mengenai sistem suatu bahasa, maka lazim juga disebut interferensi sistemik.

Ø  Interferensi dalam bidang fonologi
Interferensi berkaitan dengan bunyi bahasa.
Contoh: Penutur bahasa Indonesia dari jawa selalu menambahkan bunyi nasal yang homorgan di muka-muka kata yang dimulai dengan konsonan /b/, /d/, /g/, dan /j/, misalnya pada kata [mBandung], [nDemak], [ngGunung pati], [nyJuwono].

Ø  Interferensi dalam bidang morfologi
Interferensi yang berkaitan dengan tata kata, biasanya terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks.
Contoh: penggunaan bentuk-bentuk kata seperti ketabrak, kejebak, kekecilan, dan kemahalan, kata tersebut dalam bahasa indonesia baku termasuk interferensi, sebab imbuhan yang digunakan disistu berasal dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta. Bentuk bakunya adalah tertabrak, terjebak, terlalu kecil, dan terlalu mahal.


Ø  Interferensi dalam bidang sintaksis
Interferensi yang berkaitan dengan tata kalimat.
Contoh : kalimat dalam bahasa Indonesia dari seorang bilingual Jawa – Indonesia dalam berbahasa Indonesia.
“Rumahnya ayahnya Ali yang paling besar sendiri di kampung itu. Kalimat tersebut mengandung unsur kalimat bahasa Jawa. Kalimat itu dalam bahasa Jawa adalah “Omahe Bapake Ali sing gedhe dewe ing Kampung iku. Padanan struktur kalimat tersebut yang benar dalam bahasa Indonesia adalah “Rumah Ayah Ali yang paling besar di Kampung itu”.

B.     INTEGRASI

Dalam buku sosiolinguistik perkenalan awal abdul chaer dan leonie agustin menyampaikan bahwa  Mackey (1968) menjelaskan integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang idgunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut. Tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau pungutan.

Penerimaan unsur bahasa lain dalam bahasa tertentu sampai menjadi berstatus integrasi memerlukan waktu dan tahap yang relatif panjang. Proses penerimaan unsur bahasa asing, khususnya kosakata, didalam bahasa indonesia pada awalnya tampak banyak dilakukan secara audial. Artinya, pada mulanya penutur indonesia mendengar butir-butir leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya, lalu mencoba menggunakannya. Apa yang terdengar oleh telinga itulah yang diujarkan lalu dituliskan.
Contoh:           Akses asal kata Access
Kelas asal kata Class
Komputer asal kata Computer
Plastik asal kata Plastic



Pada tahap berikutnya, terutama setelah pemerintah mengeluarkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurkan penerimaan dan penyerapan kata asing dilakukan secara visual. Artinya, penyerapan itu dilakukan melalui bentuk tulisan dalam bahasa aslinya, lalu bentuk tulisan itu disesuaikan menurut aturan yang terdapat dalam kedua dokumen kebahasaan dia atas. Contoh:
Kata System menjadi Sistem (bukan sistim)
Kata Hierarchy menjadi Hierarki (bukan hirarki)
Kata Repertoire menjadi Repertoir (bukan repertoar)

Penyerapan unsur asing dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia bukan hanya melalui penyerapan kata asing itu yang disertai dengan penyesuaian lafal dan ejaan, tetapi banyak pula dilakukan dengan cara (1) penerjemahan langsung dan (2) penerjemahan konsep. Penerjemahan langsung, artinya kosakata itu dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan konsep artinya, kosakata asing itu diteliti baik-baik konsepnya lalu dicarikan kosakata bahasa indonesia yang konsepnya dekat dengan kosakata asing tersebut.
Contoh: (1) Penerjemahan langsung,
misalnya,   Airport menjadi bandara udara
                                    Samen Werking menjadi kerja sama
                                    Belence Budget menjadi anggaran berimbang

(2) Penerjemahan Konep
Misalnya,         Network menjadi jaringan
                        Brother in law menjadi ipar laki-laki
                        Medication menjadi pengobatan
                       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENELAAH UNSUR INSTRINSIK NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR

IMAN, ILMU DAN AMAL

BAHASA INDONESIA: TEKS PUISI